I'm Proud to be A Muslim
March 15, 2014Ketika kita menengok ke sebuah sungai, apa saja yang biasa
kita temui di sungai? Sampah, batu, dan ikan. Ketiganya memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Sebagai contoh sampah yang hanya bisa mengikuti arus sungai kemana
ia dibawa pergi. Lain lagi dengan batu yang lebih banyak diam dan tidak
mengalami perubahan. Sedangkan ikan mampu menentukan arah tujuannya sendiri.
Sekuat apa pun arusnya, ia akan terus berusaha mempertahankan arah untuk mencapai
tujuannya. Sebagai seorang manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita
bisa memilih apakah mau menjadi sampah, batu, atau ikan. Apabila kita telah
sadar bahwa sejatinya kita hidup di dunia sebagai seoran muslim, maka
seharusnya kita dapat memposisikan diri sebagai ikan. Seorang muslim yang tetap
bertahan mempertahankan tujuan hidupnya meskipun arus penghadang baik dari
nafsu pribadi maupun lingkungan begitu kuat. Jika kita kembali kepada tujuan
hidup seorang muslim di dunia yaitu pada surat Adz- Dzariyat: 56, "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”, maka
untuk menjadi sosok layaknya ikan, kita akan selalu berusaha untuk beribadah (menjalankan
segala aturan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya) mekipun banyak godaan yang datang.
Lalu bagaimana dengan kondisi pemuda saat ini? Ternyata mayoritas dari mereka
pun lebih memilih menjadi batu atau sampah. Gambaran-gambaran seperti geng
motor, clubbing, shopping menjadi hal yang dianggap keren dan anak muda banget. Akan tetapi jika kita melihat
kelompok-kelompok kajian Islam atau sejenisnya, rasanya hal tersebut terkesan eksklusif dan hanya orang yang
benar-benar alim yang ada di dalamnya. Padahal kita tahu mengkaji Islam adalah
kewajiban bagi setiap muslim. Seharusnya kajian-kajian Islam seperti itu yang
kita anggap keren dan anak muda banget karena
berarti mereka lah para pemuda visioner
yang mampu menembus pandang hingga kehidupan setelah dunia.
0 comments