Act as True Muslim
March 07, 2014Kita tidak bisa menutup mata jika saat ini kondisi umat
sedang dalam keadaan terpuruk. Kasus bunuh diri masih sering dijumpai dimana penyebabnya
lebih sering karena himpitan ekonomi. Akan tetapi tak jarang juga ditemui
penyebabnya dikarenakan masalah sepele seperti putus dengan pacar atau gagal
skripsi. Seperti inikah mental kaum muslim?
Murtad dari agama Islam pun seperti sudah menjadi hal biasa
terutama di kalangan artis. Hanya karena atas nama cinta, keimanan digadaikan. Bahkan
keimanan pun bisa dibeli hanya dengan sodoran bantuan bencana seperti kasus
murtadnya pengungsi merapi di Boyolali pada tahun 2010. Semurah itukah harga
keimanan seorang muslim?
Indonesia yang dikenal sebagai penduduk dengan jumlah muslim
terbesar di dunia ternyata di sisi lain berada di urutan 114 dari 177 negara sebgai negara TAK KORUP. Mengapa kondisi umat muslim tergambar
seperti ini? Apakah memang kondisi ini sudah menjadi warisan sejak dulu? Tentu
TIDAK, karena dulu kita masih bisa menemui sosok-sosok tangguh seperti Bilal
bin Rabbah dan kisah para panglima Perang Mu’tah. Siapa mereka?
Bilal bin Rabbah adalah seorang budak kafir Quraisy,
Umayyah. Umayyah yang sangat memusuhi Rasulullah begitu mengetahui budaknya
ternyata pengikut Rasulullah tentu sangat murka. Bilal pun disiksa dengan
dilentangkan di panasnya padang pasir dan dadanya ditindhi batu. Umayyah
berkata bahwa ia akan membebaskan Bilal jika ia mau kembali ke ajatan nenek
moyang mereka yaitu kembali menyembah Latta dan Uzza. Tetapi apa yang dikatakan
Bilal, ia berkata ‘ahad.. ahad…’ yang berarti hanya Allah yang satu. Begitu
mahal bukan keimanan Bilal? Nyawanya pun siap dipertaruhkan demi keimanan.
Perang Mu’tah merupakan perang antara pasukan muslim dengan
pasukan romawi dimana jumlah tentara muslim 3,000 sedangkan jumlah pasukan
romawi 200,000. Rasulullah memerintahkan Zaid bin Haritsah sebagai panglima
pertama yang membawa bendera dan apabila nanti Zaid bin Haritsah gugur maka
bendera dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dan apabila Ja’far gugur maka yang
berikutnya memegang bendera adalah Abdullah bin Rawahah. Ketiga panglima
tersebut telah diprediksi gugur di medan pernag oleh Rasulullah. Akan tetapi
mereka tidak gentar untuk maju berjuang demi Islam karena bukanlah senjata atau
jumlah yang menjadi kekuatan mereka tetapi ISLAM. Mengapa ISLAM bisa menjadi
kekuatan yang amat dahsyat bagi mental para panglima tersebut? Mengapa begitu
berbeda dengan kondisi mental umat saat ini?
Keimanan yang menjadi pembeda. Keimanan dapat dibagi menjadi
dua yaitu keimanan rapuh dan keimanan kokoh. Kedua keimanan tersebut berbeda
cara pembentukannya. Keimanan yang rapuh dibentuk karena hanya atas dasar keturunan.
‘Saya Islam karena orang tua saya juga Islam’. Keimanan yang rapuh dibentuk karena
mayoritas. ‘Saya Islam karena kebanyakan orang di sekitar saya Islam’ (sebagai
contoh adalah Negara Turki dimana Islam hanya sebagai social identity, mengaku Islam tetapi tidak shalat, tidak menutup
aurat dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban muslim lainnya bahkan larangan
pun dengan bangga mereka langgar). Dan yang terakhir, keimanan yang rapuh
dibentuk karena adanya kepentingan. Apakah keimanan kita saat ini masih terbentuk
dari salah satu hal-hal tersebut? Bukankah saat ini kita sudah baligh, sudah
mampu membedakan yang haq dan yang bathil?
Bagaimana kalau begitu membentuk keimanan yang kokoh itu?
Kita telah dianugrahi Allah akal dimana akal tersebut merupakan potensi yang
bisa kita gunakan untuk menunjukkan siapa sebenarnya kita dan apa posisi kita
di dunia ini. Allah berfirman:
"…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka."
(QS. Ali 'Imraan, 3:190-191)
"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu
tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memikirkan." (QS. An- Nahl, 16:11)
Allah telah meminta kita untuk berpikir akan ciptaanNya
sebagai tanda kekuasaanNya. Keimanan yang kokoh tersebut pertama dibangun atas
dasar kesadaran kita bahwa kita adalah ciptaan Allah. Berikut ini ada cuplikan
video yang sayang jika dilewatkan.
Jika kita telah sadar bahwa kita adalah ciptaan Allah maka
berikutnya kita harus tahu tujuan dari penciptaan kita karena itulah yang akan
menjadi misi kita di dunia ini. Jadi masing-masing manusia sebenarnya adalah
seorang pengemban misi layaknya agen CIA. Lalu apa misi kita di dunia?
Sebelumnya mari sama-sama kita lihat ciri-ciri seorang pengemban misi.
1. Menjalankan perintah dari pihak tertentu (Allah lah yang memberikan perintah kepada manusia).
2. Memiliki sebuah misi.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat, 51:56)
3. Akan menghadapi tantangan dalam menjalankan tugas. (Hawa nafsu dan nikmat dunia merupakan tantangan)
4. Selalu menjalin komunikasi dengan Bos-nya. (Sholat lima waktu, semakin baik komunkasi kita maka akan semakin baik pula kita melaksanakan misi.
5. Setelah misi selesai, kembali pulang untuk melapor… (Inilah yang disebut hari penghisaban, dimana kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah).
6. Mendapatkan timbal balik dari hasil pelaksanaan misinya. (Jika misi kita dilaksanakan dengan baik maka surge imbalannya sebaliknya jika misi kita gagal maka api neraka balsannya, naudzubillah min dzalik).
Sudah siapkah kita menjadi pengemban misi yang sukses yang berharap timbal balik surga adari Allah? Kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana kualitas ibadah kita. Sudahlan kita yakin semua kewajiban kita terlaksana? Sudahlan kita yakin semua larangan Allah telah kita jauhi? Jika belum, maka terus mengkaji Islam merupakan hal yang hrus dilakukan sekarang. Jangan sampai dunia melenakan kita, jangan sampai kita gagal melaksanakan misi kita. Inilah bentuk keimanan yang kokoh, keimanan yang dimiliki para sahabat nabi yang telah dijamin imbalan surga oleh Allah. Mereka sadar posisi mereka di dunia sebagai apa dan untuk apa. Ingin menjadi pengemban misi yang sukses? Rasulullah dan para sahabatlah yang patut kita jadikan teladan.
1. Menjalankan perintah dari pihak tertentu (Allah lah yang memberikan perintah kepada manusia).
2. Memiliki sebuah misi.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat, 51:56)
3. Akan menghadapi tantangan dalam menjalankan tugas. (Hawa nafsu dan nikmat dunia merupakan tantangan)
4. Selalu menjalin komunikasi dengan Bos-nya. (Sholat lima waktu, semakin baik komunkasi kita maka akan semakin baik pula kita melaksanakan misi.
5. Setelah misi selesai, kembali pulang untuk melapor… (Inilah yang disebut hari penghisaban, dimana kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah).
6. Mendapatkan timbal balik dari hasil pelaksanaan misinya. (Jika misi kita dilaksanakan dengan baik maka surge imbalannya sebaliknya jika misi kita gagal maka api neraka balsannya, naudzubillah min dzalik).
Sudah siapkah kita menjadi pengemban misi yang sukses yang berharap timbal balik surga adari Allah? Kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana kualitas ibadah kita. Sudahlan kita yakin semua kewajiban kita terlaksana? Sudahlan kita yakin semua larangan Allah telah kita jauhi? Jika belum, maka terus mengkaji Islam merupakan hal yang hrus dilakukan sekarang. Jangan sampai dunia melenakan kita, jangan sampai kita gagal melaksanakan misi kita. Inilah bentuk keimanan yang kokoh, keimanan yang dimiliki para sahabat nabi yang telah dijamin imbalan surga oleh Allah. Mereka sadar posisi mereka di dunia sebagai apa dan untuk apa. Ingin menjadi pengemban misi yang sukses? Rasulullah dan para sahabatlah yang patut kita jadikan teladan.
0 comments