Mau makan buka sosmed, jalan-jalan buka sosmed, lagi galau buka sosmed, lagi senang buka sosmed. Aktivitas manusia sekarang seakan tidak bisa lepas dari sosmed. Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, dll seakan menjadi barang yang wajib dibuka tiap harinya. Pengaruhnya pun sungguh luar biasa bagi kehidupan. Lalu, apakah saat ini penggunaan sosmed sudah sesuai yang diaharapkan? Dan lebih penting, apakah keberadaannya itu membawa musibah atau berkah bagi kita umat Islam?
*Generasi Muda dan Sosial Media*
Berdasarkan data yang di lansir asosiasi penyelenggara jasa internet Indonesia (APJJI) , hasil survei menunjukkan bahwa 256.2 juta orang di Indonesia menggunakan internet dari setengahnya yaitu 132.7 juta jiwa menggunakan sosial media. Sedangkan untuk usia remaja, pengguna sosial media mencapai 23,8 juta jiwa, atau 18% persen dari penduduk Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa sosial media turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi muda.
Karakter yang terbentuk tentu sangat dipengaruhi oleh konten yang mewarnai jagat sosial media. Jika konten negatif yang banyak tersebar di sosmed, maka perilaku negatif yang kemungkinan besar akan membentuk karakter generasi muda. Sebaliknya, jika konten positif yang berhasil mewarnai jagat sosmed, maka bukan tidak mungkin jika perilaku positif pun akan tercerminkan pada karakter generasi muda tersebut.
Peran sosmed memang tidak dapat dianggap remeh dalam mempengaruhi aspek sosial budaya di tengah masyarakat. Badan Sandi Negara (2017) juga sempat mengungkapkan betapa besarnya potensi dari sosmed mempengaruhi masyarakat karena sosmed merupakan saluran interaksi dan komunikasi yang cepat dan mampu menyentuh individu secara personal.
_Islam sendiri memandang bahwa sosmed adalah suatu alat yang bebas nilai. Artinya keberadaan sosial media bukanlah suatu hal yang diharamkan tetapi islam tetap membatasi dalam penggunaannya karena tak semua aktivitas di sosmed dipandang baik menurut Islam._
*Aura Negatif Sosial Media, ketika HOAX dan Konten Tak Layak Bertebaran dengan Bebasnya*
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan semakin banyaknya kemudahan yang didapat melalui sosmed seolah membuka celah bagi sebagian besar orang tergoda untuk melakukan hal negatif yang bertentangan dengan Islam.
Salah satu fenomena yang sering terjadi di sosmed yaitu begitu mudahnya tersebar berita HOAX. Menurut ahli Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Muhammad Alwi Dahlan, menjelaskan bahwa HOAX merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah.
Dalam Islam, HOAX dapat dikatakan sebagai kebohongan. Berbohong, termasuk di dalamnya membuat berita bohong, merupakan perbuatan dosa dan haram hukumnya. Begitu pula menyebarkan berita bohong itu. _"Sungguh kebohongan itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sungguh seorang laki-laki benar-benar berbohong sampai dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong" (HR al-Bukhari dan Muslim)_. Islam memerintahkan untuk menjauhi kebohongan atau HOAX dan tidak menyebarkannya.
Islam mensyariatkan untuk melakukan tabayyun *(QS al-Hujurat : 6)*. Kata tabayyun bermakna klarifikasi. Itu menjadi kata kunci dalam menghadapi berita hoax. Imam ath-Thabari memaknai kata tabayyun dengan, _“Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenarannya. Jangan terburu-buru menerimanya.”_ Syaikh al-Jazairi mengatakan, tabayyun berarti, _“Telitilah kembali sebelum kalian berkata, berbuat atau memvonis.”_ Karena itu dalam berbicara dan bermedia sosial, hendaknya kita tidak gampang men-share apa saja yang diterima. Apalagi sampai menjadi sumber berita HOAX.
Selain fenomena HOAX, kemudahan dalam mengakses informasi di sosmed menyebabkan munculnya generasi yang mudah ikut-ikutan. Kemudahan dalam mengakses fasilitas-fasilitas yang semakin membuat umat Islam terbuai dengan dunia yaitu "Food, Fun, and Fashion" perlu diwaspadai. Terlebih jika pengakses sosial media tidak memiliki prinsip hidup yang kuat dan tidak menjadikan nilai-nilai agama sebagai patokan utama. Budaya permisif dan hedon yang serba nyaman akan menjadi ancaman bagi generasi muda. Gaya hidup yang hedonisme pun tercipta hingga membuat generasi muda nekat berbuat dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya tanpa melihat hukum halal atau haram dalam jalan pemenuhannya.
Sehingga penting untuk membangun prinsip hidup yang kuat berlandaskan Islam dan menjadikan nilai-nilai agama Islam mewarnai kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut akan menjadi filter dalam menggunakan sosial media.
_Jangan sampai jari-jari dan mata kita menjadi saksi melawan kita pada hari kiamat kelak_
*Sarana Meraih Berkah lewat Sosial Media*
Kekuatan sosial media diakui bisa mempengaruhi pola pikir pembacanya bahkan mampu mengubah perilaku mereka. Para pengguna sosial media saat ini dapat dengan mudah berpartisipasi dalam beropini dan berbagi informasi. Peran inilah yang dapat diambil oleh generasi muda. Ikut beropini dan berbagi informasi yang mengarah pada hal positif.
Saat ini tengah berlangsung perang informasi. Generasi muda yang menjadi pangsa pasar dari derasnya arus informasi sangat rentan terhadap invasi budaya. Informasi Islam penting untuk dihantarkan kepada mereka. Semakin banyak informasi Islam yang diberikan maka semakin kuat pemahaman Islam yang dimiliki generasi muda yang menjadi pengguna sosial media.
Sosial media pun bisa menjadi ladang basah bagi mereka yang berburu pahala. Bayangkan saja jika satu kali postingan bernilai dakwah kemudian dibaca oleh pengguna yang mencapai puluhan juta, sudah berapa amalan saleh yang diterima.
Bicara soal dakwah, sebenarnya dakwah bukan hanya tugas ustad yang biasamengisi ceramah di masjid. Akan tetapi dakwah merupakan konsekuensi sebagai seorang muslm. Dalam hadist Rasulullah bersabda, _“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim)_
Dakwah pun bukan hanya tentang kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai bagian dari perintah Allah. Namun dakwah adalah keperluan bagi umat muslim sendiri. Tanpa dakwah, kerusakan merajalela dan kehidupan akan jauh dari aturan Allah. Keindahan Islam yang luar biasa tidak akan tersampaikan. Padahal, umat Islam di Indonesia sendiri bisa mengenal Islam karena adanya aktivitas dakwah.
Jadi sosial media bisa menjadi musibah atau berkah, tergantung bagaimana pemanfaatannya. Perlu diingat bahwa sosial media adalah cerminan kita.
_ISLAM, ISLAM, ISLAM_
_Dakwah adalah berbagi_
_Dakwah adalah peduli_
_Dakwah itu cinta_